Publikasinusantara.com |Banten. Fenomena dari runtuhnya ikatan keluarga, kawin dan cerai seperti barang mainan, sampai sikap rskus dan tamak yang tidak dianggap memalukan, dan maraknya korupsi, penyelewengan jabatan bahkan pengkhianatan dan kemunafikan akibat tidak adanya etik profetik yang dijaga dan dihidup-kembangkan dalam tatanan kehidupan yang nyata.
Kesadaran dan pemahaman
spiritual itu perlu dibangkitkan sebagai upaya untuk dapat memposisikan kesadaran terhadap nilai-nilai illahiah. Sehingga etik illahiah dapat dibedakan dengan etik materialisme. Sebab, menurut Prof. Kuntowijoyo, superstruktur — kesadaran — yang sangat diperlukan bagi manusia di era milineal ini. Karena yang menentukan kesadaran bukan individu, tetapi Tuhan. Sama halnya dengan sekularisme yang bertentangan dengan kesadaran illahiah.
Rumusan illahiah tentang amar ma’ruf nahi munkar — perintah untuk berbuat baik dan mencegah semua perilaku yang buruk serta percaya (beriman) kepada Allah jelas merupakan bagian dari unsur-unsur dari bangunan etik profetik.
Dalam versi Muhamad Iqbal yang mengungkap pendapat kaum sufi bahwa pengalaman Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra Mi’rad merupaian capaian tertinggi dari apa yang diidolakan oleh para kaum sufi. Dan lebih luar biasa lagi — dalam pemahaman sufistik — Nabi Muhammad SAW berkebab kembali ke bumi hanya untuk menjalankan tugas kerasulannya. Pengalaman spiritual serupa ini menjadi acuan untuk meyakini sekaligus pula membuktikan bahwa laku spiritual itu sungguh asyik dan diperlukan bagi manusia.
Perubahan cara pandang manusia yang telah teruji dan dibuktikan oleh sang waktu, nyata dan riil tauladan dan tuntunan Nabi Muhammad SAW itu semakin diminati banyak orang di dunia belahan mana pun hingga hari ini. Padahal ajaran dan tuntunannya sudah dilakukan — setidaknya — sejak ratusan tahun silam.
GNRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang dimotori Sri Eko Sriyanto dan kawan-kawan hingga kemudian diperkuat oleh Posko Negarawan ingin melahirkan tokoh-tokoh yang mumpuni guna membangun bangsa dan negara agar tata kehidupan dapat lebih baik untuk kemudian mampu mejadi tauladan dan memimpin peradaban baru yang berkualitas dan bermutu baru di muka bumi”. Banten, 29 Januari 2023.
”Redaksi•