Mediasi Perdamaian Berhasil, Dandim 0210/TU Ajak Warga Mari Hidup Rukun di Natinggir Simare Kabupaten Toba

 

Benhillpos.com | TOBA – Guna mengakhiri konflik antara pekerja TPL dengan warga dusun Natinggir Desa Simare Kecamatan Borbor pada Kamis, (7/8/2025), Dandim 0210/TU, Letkol Kav Ronald Tampubolon, SH, M.Han bersama Kapolres Toba AKBP Vinsensius Jimmy Parapaga, S.I.K, dan Wakil Bupati Toba Audi Murphy Sitorus langsung mengunjungi Desa Simare untuk mendamaikan kedua belah pihak, pada Sabtu (9/8/2025)

Dalam pertemuan tersebut yang dihadiri puluhan warga dari kedua belah pihak yang bertikai antara dusun 1,2,3 dan dusun 4 Natinggir, terungkap bahwa ada kesalahpahaman yang mengakibatkan pertikaian dan menimbulkan korban di kedua belah pihak termasuk security TPL yang mendapat luka sayatan senjata tajam di kepala.

Dari keterangan dari kedua pihak yang bertikai, terungkap asal mula kejadian.

Menurut keterangan warga di dusun Natinggir yang selalu didampingi LSM KSPPM, mereka melarang penanaman eucalyptus di lahan konsesi TPL, karena menurut mereka tanah tersebut adalah tanah Natanggir walaupun sebenarnya lahan tersebut milik pemerintah berstatus Hutan Produksi (HP).

Puluhan orang yang merupakan para pekerja itu tidak terima mereka diberhentikan bekerja. Kemudian security meminta agar diberikan jalan, namun dipalang sekitar 40 orang warga Natinggir dan akhirnya terjadilah bentrok.

Menurut Romenti Pasaribu warga Natinggir, mereka memaksa pekerja berhenti bekerja karena lahan mereka adalah tanah adat.

“Selamat ini kami tidak pernah berselisih dengan dusun 1,2,3. Ini semua murni karena TPL. Pelarangan ini kami lakukan karena lahan yang ditanami ini merupakan tanah adat kami dan sudah ajukan wilayah adat kami. Kami tak mungkin diam saja melihat tanah leluhur kami ditanami TPL,” jelas Romenti

Sementara itu Nelson Hutapea warga Dusun 2, membantah pernyataan Romenti Pasaribu.

Menurutnya, hanya ada 3 keturunan di Natinggir yaitu keturunan Op. Jongguran Simanjuntak, Op. Saur Pasaribu dan Op. Balongguk Pasaribu dan tidak pernah ada masalah dan yang lainnya merupakan pendatang.

Berbagai kekuatiran muncul akibat pertikaian tersebut hingga beritanya menyebar ke berbagai daerah membuat Desa Simare mencekam.

Ia menuturkan bahwa mereka – mereka ini merupakan pendatang yang setelah TPL beroperasi dan selama ini kami tidak pernah bertikai karena satu rumpun dan satu darah. Keterangan mereka tidak transparan mengenai kejadian sebenarnya, karena para korban dari pihak kami tidak disini. Mereka bisa menunjukkan tiga orang pelakunya dan saat ini mereka masih dimintai keterangan di Polres,” terang Nelson

Nasib Hutapea juga menerangkan kejadian yang dialaminya. Nasib merupakan warga dusun 2 dan mengetahui kejadian awal. Awalnya mereka mendatangi Natinggir dikarenakan mereka mendengar kabar bahwa Edison Hutapea yang merupakan tokoh masyarakat mendapat pukulan kayu dan lemparan batu, ketika hendak mendamaikan kedua belah pihak yang bertikai, padahal masih punya hubungan keluarga.

“Saya sendiri kaget dan pergi ke Natinggir untuk bertanya kenapa terjadi pemukulan kepada Edison Hutapea,” ucap Nasib.

Warga Natinggir malah bertanya kedatangannya berasal dari mana. Nasib kesal dan dia mengatakan kalau situasinya akan ribut jika Natinggir tidak terus terang.

“Rupanya mereka sudah menyiapkan Kampak, parang dan bensin untuk bertikai dengan kami. Dan ada security TPL kena bacok”, ungkap Nasib.

Nelson malah sedih mendengar kabar jika mereka dituduh mengancam keamanan mereka dan anak mereka dilarang sekolah padahal itu tidak benar sama sekali

“Kalian kenal saya dan kenapa tak bertanya ke saya agar jelas berita yang beredar? Dan tentang spanduk yang kami buat, kami sudah tau sepak terjang mereka itu (LSM AMAN dan KSPPM), karena selama ini mereka sudah sering mengadu domba kita dan teman sekampung yang masih bersaudara. Kami tidak mau kita yang masih satu kampung bertikai karena organisasi yang tak jelas itu,” tegas Nelson Hutapea dengan disambut tepuk tangan warga desa.

Kapolres Toba AKBP Vinsensius Jimmy Paparaga mengatakan jika keinginan yang tak terpenuhi dan tak sesuai bisa menimbulkan masalah.

“Komunikasi yang terputus berawal dari persepsi kita yang berbeda hingga muncul masalah. Kita bebas bernyanyi dimalam hari dan tidur dimanapun. Itu kebebasan kita. Yang tidak boleh adalah jika kita menghambat kebebasan orang lain untuk berinteraksi, maka akan muncul masalah,” jelas Kapolres

Kapolres juga berharap agar tidak terjadi Miss komunikasi lagi seperti ini untuk menghindari masalah.

Terkait masalah yang terjadi dan adanya korban jiwa, Polisi akan terus melakukan proses hukum dan memanggil pihak-pihak yang terlibat.

Dandim O210 TU Letkol Kav Ronald Tampubolon, SH, M.Han turut prihatin dengan kejadian yang terjadi.

“Masih syukur tidak ada korban meninggal dunia. Kedatangan kami di sini bersama Wakil Bupati Toba dan Kapolres Toba untuk mendamaikan kedua belah pihak agar kembali rukun,” ungkap Dandim

Letkol Kav Ronald Tampubolon, SH, M.Han, menyampaikan untuk mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya dan terprovokasi dengan isu-isu yang berkembang sebelum dipastikan kebenarannya.

“Masyarakat harus kita imbau agar tidak terprovokasi dengan isu-isu negatif yang disebarkan oleh pihak-pihak yang ingin memperkeruh konflik yang terjadi ini. Terlebih untuk membentrokkan masyarakat dengan pihak keamanan,” katanya.

Dandim menjelaskan bahwa keberadaan aparat keamanan dari TNI-Polri di sini adalah untuk mencegah terjadinya konflik dan membantu pemerintah daerah dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

Akhirnya kesepakatan tersebut dicapai dalam pertemuan yang di gelar. Kedua belah pihak saling bersalaman dengan senyuman dan berfoto bersama dengan Wakil Bupati Toba Audi Murphy O Sitorus, Kapolres Toba AKBP Vinsensius Jimmy Paparaga, S.I.K, dan Dandim 0210/TU Letkol Kav Ronald Tampubolon beserta Camat Borbor James Pasaribu dan Kepala Desa Firman Hutapea sebagai bentuk perdamaian. ( DNM )

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *